Jumat, 13 Agustus 2010

KEUTAMAAN PUASA

1. Dalil :
        Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu
        'anhu, bahwa Nabi bersabda:
        "Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas
        sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman,
        'Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. la telah
        meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku.' Orang yang berpuasa
        mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan
        kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang
        berpuasa lebih harum daripada aroma kesturi."
2. Bagaimana ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah?
        Perlu diketahui, bahwa ber-taqarrub kepada Allah tidak dapat dicapai dengan
        meninggalkan syahwat ini -yang selain dalam keadaan berpuasa adalah mubah-
        kecuali setelah ber-taqarrub kepada-Nya dengan meninggalkan apa yang
        diharamkan Allah dalam segala hal, seperti: dusta, kezhaliman dan pelanggaran
        terhadap orang lain dalam masalah darah, harta dan kehormatannya. Untuk itu,
        Nabi bersabda : "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta
        maka Allah tidak butuh dengan puasanya dari makan dan minum." (HR. Al-Bukhari).
        Inti pernyataan ini, bahwa tidak sempurna ber-taqarrub kepada Allah Ta'ala dengan
        meninggalkan hal-hal yang mubah kecuali setelah ber-taqarrub kepada-Nya dengan
        meninggalkan hal-hal yang haram.
        Dengan demikian, orang yang melakukan hal-hal yang haram kemudian ber-
        taqarrub kepada Allah dengan meninggalkan hal-hal yang mubah, ibaratnya orang
        yang meninggalkan hal-hal yang wajib dan ber-taqarrub dengan hal-hal yang sunat.
        Jika seseorang dengan makan dan minum berniat agar kuat badannya dalam shalat
        malam dan puasa maka ia mendapat pahala karenanya. Juga jika dengan tidurnya
        pada malam dan siang hari berniat agar kuat beramal (bekerja) maka tidurnya itu
        merupakan ibadah.
        Jadi orang yang berpuasa senantiasa dalam keadaan ibadah pada siang dan malam
        harinya. Dikabulkan do'anya ketika berpuasa dan berbuka. Pada siang harinya ia
        adalah orang yang berpuasa dan sabar, sedang pada malam harinya ia adalah orang
        yang memberi makan dan bersyukur.
3. Syarat mendapat pahala puasa :
        Di antara syaratnya, agar berbuka puasa dengan yang halal. Jika berbuka puasa
        dengan yang haram maka ia termasuk orang yang menahan diri dari yang dihalalkan
        Allah dan memakan apa yang diharamkan Allah, dan tidak dikabulkan do'anya.
Orang berpuasa yang berjihad :
Perlu diketahui bahwa orang mukmin pada bulan Ramadhan melakukan dua jihad, yaitu :
1.    Jihad untuk dirinya pada siang hari dengan puasa.
2.    Jihad pada malam hari dengan shalat malam.
Barangsiapa yang memadukan kedua jihad ini, memenuhi segala hak-haknya dan bersabar
terhadapnya, niscaya diberikan kepadanya pahala yang tak terhitung. Lihat Lathaa'iful Ma
'arif, oleh Ibnu Rajab, him. 163,165 dan 183.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar