Sabtu, 14 Agustus 2010

KADAR TILAWAH QUR'AN YANG DISUNATKAN

Disunatkan mengkhatamkan Al-Qur'an setiap minggu, dengan setiap hari' membaca
sepertujuh dari Al-Qur'an dengan melihat mushaf, karena melihat mushaf merupakan
ibadah. Juga mengkhatamkannya kurang dari seminggu pada waktu-waktu yang mulia dan
di tempat-tempat yang mulia, seperti: Ramadhan, Dua Tanah Suci dan sepuluh hari Dzul
Hijjah karena memanfaatkan waktu dan tempat. Jika membaca Al-Qur'an khatam dalam
setiap tiga hari pun baik, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada
Abdullah bin Amr :
"Bacalah Al-Qur'an itu dalam setiap tiga hari "( Lihat kitab Fadhaa'ilul qur'an, oleh Ibnu
Katsir, him. 169-172 dan Haasyiatu Muqaddimatit Tafsiir, oleh Ibnu Qaasim, hlm. 107.)
Dan makruh menunda khatam Al-Qur'an lebih dari empat puluh hari, bila hal tersebut
dikhawatirkan membuatnya lupa. Imam Ahmad berkata : "Betapa berat beban Al-Qur'an itu
bagi orang yang menghafalnya kemudian melupakannya."
Dilarang bagi yang berhadats kecil maupun besar menyentuh mushaf, dasarnya firman
Allah Ta 'ala :
"Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. "(Al-Waqi'ah: 79).
Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wassallam :
"Tidak dibenarkan menyentuh Al-Qur'an ini kecuali orang yang suci. " (HR. Malik dalam Al-
Muwaththa,Ad-Daruquthni dan lainnya)" (Hai ini diperkuat hadits Hakim bin Hizam yang
lafazhnya: "Jangan menyentuh Al-qur'an kecuali jika kamu suci." (HR. Ath-Thabrani dan Al-
Hakim dengan menyatakannya shahih).

MEMBACA AL-QUR'ANUL KARIM DI BULAN RAMADHAN DAN LAINNYA

Segala puji bagi Allah, yang telah menurunkan kepada hamba-Nya kitab Al-Qur'an sebagai
penjelasan atas segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
muslim. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada hamba dan rasul-Nya
Muhammad, yang diutus Allah sebagai rahmat bagi alam semesta.
Adalah ditekankan bagi seorang muslim yang mengharap rahmat Allah dan takut akan
siksa-Nya untuk memperbanyak membaca Al-Qur'anul Karim pada bulan Ramadhan dan
buian-bulan lainnya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala, mengharap ridha-Nya,
memperoleh keutamaan dan pahala-Nya. Karena Al-Qur'anul Karim adalah sebaik-baik
kitab, yang diturunkan kepada Rasul termulia, untuk umat terbaik yang pernah dilahirkan
kepada umat manusia; dengan syari'at yang paling utama, paling mudah, paling luhur dan
paling sempurna.
Al-Qur'an diturunkan untuk dibaca oleh setiap orang muslim, direnungkan dan dipahami
makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah
baginya di hadapan Tuhannya dan pemberi syafa'at baginya pada hari Kiamat.
Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkan isi
kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat, dengan firmanNya "
Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. "
(Thaha:123),
Janganlah seorang muslim memalingkan diri dari membaca kitab Allah, merenungkan dan
mengamalkan isi kandungannya. Allah telah mengancam orang-orang yang memalingkan
diri darinya dengan firman-Nya :
"Barangsiapa berpaling dari Al-Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang
besar di hari Kiamat. " (Thaha : 100),
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. "
(Thaha: 124),
Di antara keutamaan Al-Qur'an :
1. Firman Allah Ta 'ala :
"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. " (An-Nahl:
89),
2. Firman Allah Ta'ala .
.. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke
jalan yang lurus. " (Al-Ma'idah: 15-16).
3. Firman Allah Ta 'ala :
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat
bagi ouang-orang yang beriman. " (Yunus: 57).
4. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :
"Bacalah Al-Qur'an, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa 'at bagi
pembacanya. " (HR. Muslim dari Abu Umamah).
5. Dari An-Nawwas bin Sam'an radhiallahu 'anhu, katanya : Aku mendengar Rasul
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Didatangkan pada hari KiamatAl-Qur'an dan para pembacanya yang mereka itu dahulu
mengamalkannya di dunia, dengan didahului oleh surat Al Baqarah dan Ali Imran yang
membela pembaca kedua surat ini. " (HR, Muslim).
6. Dari Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu, katanya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya. " (HR.
Al-Bukhar)
7. Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu, katanya : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu
kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu
huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf. " (HR. At-Tirmidzi,
katanya: hadits hasan shahih).
8. Dari Abdullah bin Amr bin Al 'Ash radhiallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda :
"Dikatakan kepada pembaca Al-Qur'an: "Bacalah, naiklah dan bacalah dengan pelan
sebagaimana yang telah kama lakukan di dunia, karena kedudukanmu adalah pada akhir
ayat yang kamu baca. "(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dengan mengatakan: hadits hasan
shahih).
9. Dari Aisyah radhiallahu 'anhu, katanya : Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Orang yang membaca Al-Qur'an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia
lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah
membacanya baginya dua pahala. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Dua pahala, yakni pahala membaca dan pahala susah payahnya.
10. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Tidak boleh hasut kecuali dalam dua perkaua, yaitu: orang yang dikaruniai Allah Al-Qur'an
lalu diamalkannya pada waktu malam dan siang, dan orang yang dikaruniai Allah harta lalu
diinfakkannya pada waktu malam dan siang "(Hadits Muttafaq 'Alaih).
Yang dimaksud hasut di sini yaitu mengharapkan seperti apa yang dimiliki orang lain. (
Lihat kitab Riyadhus Shaalihiin, hlm. 467-469.
Maka bersungguh-sungguhlah -semoga Allah menunjuki Anda kepada jalan yang
diridhaiNya untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim dan membacanya dengan niat yang ikhlas
untuk Allah Ta'ala. Bersungguh-sungguhlah untuk mempelajari maknanya dan
mengamalkannya, agar mendapatkan apa yang dijanjikan Allah bagi para ahli Al-Qur'an
berupa keutamaan yang besar, pahala yang banyak, derajat yang tinggi dan kenikmatan
yang abadi. Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dahulu jika mempelajari
sepuluh ayat dari Al-Qur'an, mereka tidak melaluinya tanpa mempelajari makna dan cara
pengamalannya.
Dan perlu Anda ketahui, bahwa membaca Al-Qur'an yang berguna bagi pembacanya, yaitu
membaca disertai merenungkan dan memahami maknanya, perintah-perintahnya dan
larangan-larangannya. Jika ia menjumpai ayat yang memerintahkan sesuatu maka ia pun
mematuhi dan menjalankannya, atau menjumpai ayat yang melarang sesuatu maka iapun
meninggalkan dan menjauhinya. Jika ia menjumpai ayat rahmat, ia memohon dan
mengharap kepada Allah rahmat-Nya; atau menjumpai ayat adzab, ia berlindung kepada
Allah dan takut akan siksa-Nya. Al-Qur'an itu menjadi hujjah bagi orang yang merenungkan
dan mengamalkannya; sedangkan yang tidak mengamalkan dan memanfaatkannya maka
Al-Qur'an itu menjadi hujjah terhadap dirinya (mencelakainya).
Firman Allah Ta 'ala :
"lni adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran
mendapatkan pelajaran." (Shad: 29).
Bulan Ramadhan memiliki kekhususan dengan Al-Qura'nul Karim, sebagaimana firman
Allah: "Bulan Ramadhan, yang di dalamnya diturunkan permulaan Al-Qur'an ... "(Al-
Baqarah: 185).
Dan dalam hadits shahih dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu
dengan Jibril pada bulan Ramadhan setiap malam untuk membacakan kepadanya Al-
Qur'anul Karim.
Hal itu menunjukkan dianjurkannya mempelajari Al-Qur'an pada bulan Ramadhan dan
berkumpul untuk itu, juga membacakan Al-Qur'an kepada orang yang lebih hafal. Dan juga
menunjukkan dianjurkannya memperbanyak bacaan Al-Qur'an pada bulan Ramadhan.
Tentang keutamaan berkumpul di masjid-masjid untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah seraya membaca kitab Allah dan
mempelajarinya di antara mereka, kecuali turunlah ketenangan atas mereka, serta mereka
diliputi rahmat, dikerumuni para malaikat dan disebut-sebut oleh Allah kepada para
malaikat di hadapan-Nya. " (HR. Muslim).
Ada dua cara untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim:
1. Membaca ayat yang dibaca sahabat Anda.
2. Membaca ayat sesudahnya. Namun cara pertama lebih baik.
Dalam hadits Ibnu Abbas di atas disebutkan pula mudarasah antara Nabi dan Jibril terjadi
pada malam hari. Ini menunjukkan dianjurkannya banyak-banyak membaca Al-Qur'an di
bulan Ramadhan pada malam hari, karena malam merupakan waktu berhentinya segala
kesibukan, kembali terkumpulnya semangat dan bertemunya hati dan lisan untuk
merenungkan. Seperti dinyatakan dalam firman Allah :
"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu '), dan bacaan di
waktu itu lebih berkesan. "(Al-Muzzammil: 6).
Disunatkan membaca Al-Qur'an dalam kondisi sesempurna mungkin, yakni dengan bersuci,
menghadap kiblat, mencari waktu-waktu yang paling utama seperti malam, setelah
maghrib dan setelah fajar.
Boleh membaca sambil berdiri, duduk, tidur, berjalan dan menaiki kendaraan. Berdasarkan
firman Allah :
"(Yaitu) orang-orang yang dzikir kedada Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam
keadaan berbaring... "(A1'Imran: 191).
Sedangkan Al-Qur'anul Karim merupakan dzikir yang paling agung.

TAUSHIYYAH

Manfaatkan dan pergunakan masa hidup Anda, kesehatan dan masa muda Anda dengan
amal kebaikan sebelum maut datang menj emput. Bertaubatlah kepada Allah dengan
sebenar-benar taubat dalam setiap waktu dari segala dosa dan perbuatan terlarang.
Jagalah fardhu-fardhu Allah dan perintah-perintah-Nya serta jauhilah apa-apa yang
diharamkan dan dilarang-Nya, baik pada bulan Ramadhan maupun pada bulan lainnya.
Jangan sampai Anda menunda-nunda taubat, lain Anda pun mati dalam keadaan maksiat
sebelum sempat bertaubat, karena Anda tidak tahu apakah Anda dapat menjumpai lagi
bulan Ramadhan mendatang atau tidak?
Bersungguh-sungguhlah dalam mengurus keluarga, anak-anak dan siapa saja yang menjadi
tanggung jawab Anda agar mereka taat kepada Allah dan menjauhkan diri dari maksiat
kepada-Nya. Jadilah suri tauladan yang baik bagi mereka dalam segala bidang, karena
Andalah pemimpin mereka dan bertanggung jawab atas mereka di hadapan Allah Ta'ala.
Bersihkan rumah Anda dari segala bentuk kemungkaran yang menjadi penghalang untuk
berdzikir dan shalat kepada Allah.
Sibukkan diri dan keluarga Anda dalam hal yang bermanfaat bagi Anda dan mereka. Dan
ingatkan mereka agar menjauhkan diri dari hal yang membahayakan mereka dalam agama,
dunia dan akhirat mereka.
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan
diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita
Muhammad, segenap keluarga dan para sahabatnya.

SUNNAH-SUNNAH PUASA

Sunah puasa ada enam :
1. Mengakhirkan sahur sampai akhir waktu malam, selama tidak dikhawatirkan terbit
fajar.
2. Segera berbuka puasa bila benar-benar matahari terbenam.
3. Memperbanyak amal kebaikan, terutama menjaga shalat lima waktu pada waktunya
dengan berjamaah, menunaikan zakat harta benda kepada orang-orang yang
berhak, memperbanyak shalat sunat, sedekah, membaca Al-Qur'an dan amal
kebajikan lainnya.
4. Jika dicaci maki, supaya mengatakan: "Saya berpuasa," dan jangan membalas
mengejek orang yang mengejeknya, memaki orang yang memakinya, membalas
kejahatan orang yang berbuat jahat kepadanya; tetapi membalas itu semua dengan
kebaikan agar mendapatkan pahala dan terhindar dari dosa.
5. Berdo'a ketika berbuka sesuai dengan yang diinginkan. Seperti membaca do'a :
"Ya Allah hanya untuk-Mu aku beupuasa, dengan rizki anugerah-Mu aku berbuka.
Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu. Ya Allah, terimalah amalku,
sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui "
6. Berbuka dengan kurma segar, jika tidak punya maka dengan kurma kering, dan jika
tidak punya cukup dengan air.

Jumat, 13 Agustus 2010

TAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG PUASA (al Baqarah : 183)

TAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG PUASA
Allah Ta'ala berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kama agar kamu bertaqwa. (Yaitu) dalam beberapa hari yang
teutentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka) maka (wajiblah baginya bevpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-
hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
beupuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang
dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan
berpuasa lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui "(Al-Baqarah: 183-184)
Allah berfirman yang ditujukan kepada orang-orang beriman dari umat ini, seraya
menyuruh mereka agar berpuasa. Yaitu menahan dari makan, minum dan bersenggama
dengan niat ikhlas karena Allah Ta'ala. Karena di dalamnya terdapat penyucian dan
pembersihan jiwa, juga menjernihkannya dari pikiran-pikiran yang buruk dan akhlak yang
rendah.
Allah menyebutkan, di samping mewajibkan atas umat ini, hal yang sama juga telah
diwajibkan atas orang-orang terdahulu sebelum mereka. Dari sanalah mereka mendapat
teladan. Maka, hendaknya mereka berusaha menjalankan kewajiban ini secara lebih
sempurna dibanding dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Tafsir Ibn Katsir, 11313.)
Lalu, Dia memberikan alasan diwajibkannya puasa tersebut dengan menjelaskan
manfaatnya yang besar dan hikmahnya yang tinggi. Yaitu agar orang yang berpuasa
mempersiapkan diri untuk bertaqwa kepada Allah, Yakni dengan meninggalkan nafsu dan
kesenangan yang dibolehkan, semata-mata untuk mentaati perintah Allah dan
mengharapkan pahala di sisi-Nya. Agar orang beriman termasuk mereka yang bertaqwa
kepada Allah, taat kepada semua perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan dan
segala yang diharamkan-Nya. (Tafsir Ayaatul Ahkaam, oleh Ash Shabuni, I/192.)
Ketika Allah menyebutkan bahwa Dia mewajibkan puasa atas mereka, maka Dia
memberitahukan bahwa puasa tersebut pada hari-hari tertentu atau dalam jumlah yang
relatif sedikit dan mudah. Di antara kemudahannya yaitu puasa tersebut pada bulan
tertentu, di mana seluruh umat Islam melakukannya.
Lalu Allah memberi kemudahan lain, seperti disebutkan dalam firman-Nya:
"Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang
lain. " (Al-Baqarah: 184)
Karena biasanya berat, maka Allah memberikan keringanan kepada mereka berdua untuk
tidak berpuasa. Dan agar hamba mendapatkan kemaslahatan puasa, maka Allah
memerintahkan mereka berdua agar menggantinya pada hari-hari lain. Yakni ketika ia
sembuh dari sakit atau tak iagi melakukan perjalanan, dan sedang dalam keadaan luang.
(Lihat kitab Tafsiirul Lat'nifil Mannaan fi Khulaashati Tafsiiril Qur'an, oleh Ibnu Sa'di, hlm.
56.)

KEUTAMAAN PUASA

1. Dalil :
        Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu
        'anhu, bahwa Nabi bersabda:
        "Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas
        sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman,
        'Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. la telah
        meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku.' Orang yang berpuasa
        mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan
        kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang
        berpuasa lebih harum daripada aroma kesturi."
2. Bagaimana ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah?
        Perlu diketahui, bahwa ber-taqarrub kepada Allah tidak dapat dicapai dengan
        meninggalkan syahwat ini -yang selain dalam keadaan berpuasa adalah mubah-
        kecuali setelah ber-taqarrub kepada-Nya dengan meninggalkan apa yang
        diharamkan Allah dalam segala hal, seperti: dusta, kezhaliman dan pelanggaran
        terhadap orang lain dalam masalah darah, harta dan kehormatannya. Untuk itu,
        Nabi bersabda : "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta
        maka Allah tidak butuh dengan puasanya dari makan dan minum." (HR. Al-Bukhari).
        Inti pernyataan ini, bahwa tidak sempurna ber-taqarrub kepada Allah Ta'ala dengan
        meninggalkan hal-hal yang mubah kecuali setelah ber-taqarrub kepada-Nya dengan
        meninggalkan hal-hal yang haram.
        Dengan demikian, orang yang melakukan hal-hal yang haram kemudian ber-
        taqarrub kepada Allah dengan meninggalkan hal-hal yang mubah, ibaratnya orang
        yang meninggalkan hal-hal yang wajib dan ber-taqarrub dengan hal-hal yang sunat.
        Jika seseorang dengan makan dan minum berniat agar kuat badannya dalam shalat
        malam dan puasa maka ia mendapat pahala karenanya. Juga jika dengan tidurnya
        pada malam dan siang hari berniat agar kuat beramal (bekerja) maka tidurnya itu
        merupakan ibadah.
        Jadi orang yang berpuasa senantiasa dalam keadaan ibadah pada siang dan malam
        harinya. Dikabulkan do'anya ketika berpuasa dan berbuka. Pada siang harinya ia
        adalah orang yang berpuasa dan sabar, sedang pada malam harinya ia adalah orang
        yang memberi makan dan bersyukur.
3. Syarat mendapat pahala puasa :
        Di antara syaratnya, agar berbuka puasa dengan yang halal. Jika berbuka puasa
        dengan yang haram maka ia termasuk orang yang menahan diri dari yang dihalalkan
        Allah dan memakan apa yang diharamkan Allah, dan tidak dikabulkan do'anya.
Orang berpuasa yang berjihad :
Perlu diketahui bahwa orang mukmin pada bulan Ramadhan melakukan dua jihad, yaitu :
1.    Jihad untuk dirinya pada siang hari dengan puasa.
2.    Jihad pada malam hari dengan shalat malam.
Barangsiapa yang memadukan kedua jihad ini, memenuhi segala hak-haknya dan bersabar
terhadapnya, niscaya diberikan kepadanya pahala yang tak terhitung. Lihat Lathaa'iful Ma
'arif, oleh Ibnu Rajab, him. 163,165 dan 183.

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

1. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:
        Adalah Rasulullah SAW memberi khabar gembira kepada para sahabatnya dengan
        bersabda, "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah
        mewajibkan kepadamu puasa didalamnya; pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka,
        pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat pada bulan ini
        malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh
        kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa'." (HR. Ahmad dan An-Nasa'i)
2. Dari Ubadah bin AshShamit, bahwa Rasulullah bersabda:
        "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, AIlah mengunjungimu
        pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan
        mengabulkan do'a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan
        membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-
        hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah yang tidak
        mendapatkan rahmat Allah di bulan ini. " (HR.Ath-Thabrani, dan para periwayatnya
        terpercaya).
        Al-Mundziri berkata: "Diriwayatkan oleh An-Nasa'i dan Al-Baihaqi, keduanya dari Abu
        Qilabah, dari Abu Hurairah, tetapi setahuku dia tidak pemah mendengar darinya."
3. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam
bersabda:
        "Umatku pada bulan Ramadhan diberi lima keutamaan yang tidak diberikan kepada
        umat sebelumnya, yaitu: bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah
        daripada aroma kesturi, para malaikat memohonkan ampunan bagi mereka sampai
        mereka berbuka, Allah Azza Wa Jalla setiap hari menghiasi Surga-Nya lalu berfirman
        (kepada Surga),'Hampir tiba saatnya para hamba-Ku yang shalih dibebaskan dari
        beban dan derita serta mereka menuju kepadamu, 'pada bulan ini para jin yang
        jahat diikat sehingga mereka tidak bebas bergerak seperti pada bulan lainnya, dan
        diberikan kepada ummatku ampunan pada akhir malam. "Beliau ditanya, 'Wahai
        Rasulullah apakah malam itu Lailatul Qadar' Jawab beliau, 'Tidak. Namun ovang
        yang beramal tentu diberi balasannya jika menyelesaikan amalnya.' " (HR. Ahmad)'"
        Isnad hadits tersebut dha'if, dan di antara bagiannya ada nash-nash lain yang
        memperkuatnya.

Ramadhan Bulan Maghfiroh

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, bahwa sepuluh hari pertama adalah maghfirah (ampunan), maka tentu saja kita mengharapkan agar kiranya kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang berpuasa dan mendapatkan ampunan dari Allah SWT, atas semua dosa yang telah kita lakukan.
Kadang, beberapa di antara kita merasa sudah terlalu jauh terbenam dalam lumpur dosa, sudah terlalu dalam tenggelam dalam gelimang lautan dosa, sehingga merasa tidak mampu lagi untuk kembali ke dalam jalan yang lurus...........
Ketahuilah sesungguhnya bahwa ampunan Allah itu jauh lebih luas dari sebesar apapun dosa yang telah kita perbuat.
Ketahuilah bahwa ampunan Allah SWT itu menyebar luas di alam semesta ini dan melingkupi serta menenggelamkan semua keburukan makhluk, jika makhluk itu mau bertaubat dan memohonkan ampun kepada Sang Khalik.
Ingatlah salah satu lirik dari bait syair lagu Raihan yang berbunyi :
"Tuhan, dosaku membumbung tinggi......
tapi rahmat-Mu, melangit luas".
Kita semua berdo'a, agar kiranya dengan Ramadhan tahun ini, benar-benar akan membuat kita taubat dengan sebenar-benarnya taubat (taubatan nasuha), sehingga maghfirah Allah segera menghampiri kita, dan kita dapat keluar dari Ramadhan tahun ini kembali kepada fitrah (kesucian) sebagaimana bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya.
Allahumma amiin.

Rabu, 11 Agustus 2010

Panggilan Iman dalam Puasa Ramadhan

Sesungguhnya Allah mempertegas bagi manusia dalam Q.S.al Baqarah ayat 183 tentang panggilan-Nya kepada orang yang beriman untuk masuk ke dalam ibadah puasa selama Ramadhan, adalah merupakan ta'liman (pengajaran) melalui 'ibroh (tamtsil/majaz) bahwa hanya mereka yang didasari oleh iman sajalah yang tidak akan merasakan keberatan dengan ibadah wajib atau sunnah selama bulan Ramadhan ini.
Sungguh dengan iman dan ilmulah, orang beriman akan bergembira menyambut kedatangan Ramadhan ini dan sungguh hanya dengan iman dan ilmulah, seorang mukmin akan senantiasa merindukan kedatangan Ramadhan setiap saat.
Hal ini dipertegas Rasulullah dalam salah satu haditsnya :
"Kalau ummatku tahu apa yang terkandung dalam Ramadhan, maka pastilah mereka akan berangan-angan agar kiranya seluruh bulan (dalam satu tahun) itu menjadi seperti Ramadhan".

Kebahagiaan bagi orang yang berpuasa

Sabda Rasulullah SAW:
Dua kebahagiaan bagi seseorang yang berpuasa adalah pertama : kebahagiaannya saat berbuka (al ifthor) dan kedua : Kebahagiaannya saat berjumpa dengan Tuhannya di akhirat nanti.
Sungguh beruntung orang-orang yang terpanggil dengan ibadah puasa dalam bulan Romadhon ini, dan sungguh beruntung mereka yang mampu menghidupkan hari-hari Romadhonnya dengan amaliah ibadah-ibadah wajib dan sunnah.